09 December, 2011

Berhentilah berlari. Aku sudah lelah (Bagian 1)

         Malam ini, tiba-tiba saja aku terpikirkan hal yang sangat aneh dan rasanya sangat tidak mungkin terjadi. Sudah hampir 5 bulan kita pergi bersama, berbagi satu sama lain, bercanda bersama, dan masih banyak hal lainnya yang tidak bisa aku sebutkan satu satu. Kamu sering bercerita soal gadis incaranmu dan begitu pula aku yang sering bercerita soal lelaki incaranku. Aku menyemangatimu untuk mendekati gadis itu agar kamu bisa mendapatkannya dan kamu melakukan hal yang serupa padaku. Lalu kamu datang membawa berita buruk. Kamu di tolak olah gadis incaranmu. Dan akupun membawa berita buruk. Lelaki incaranku menyatakan cintanya pada gadis lain. Kita berdua sama-sama kena sial.


Kamu selalu bersemangat menceritakan soal gadis incaranmu padaku. Soal kemanisannya, soal keanggunannya, soal cara dia bicara, soal cara dia memandangmu, dan masih banyak lagi. Dan aku, aku tidak pernah bosan mendengar itu semua dari mulut kamu. Rasanya senang melihat kamu tersenyum karena gadis itu. Aku tersenyum melihat semangatmu untuk mengenal lebih dekat gadis itu. Ah, betapa bersyukurnya aku bisa kenal denganmu yang bisa membuat hari-hariku lebih indah. Terkadang, bercerita sehari penuh itu masih terasa kurang. Siang hari kita bercerita secara tatap mata langsung lalu malam harinya kalau tidak saling kirim sms, kita chatting lewat internet. Ah, hidup di jaman sekarang mudah sekali. Ketika rindu menerpa dan orang yang di rindu tidak bisa berada di samping, mudah saja tinggal nyalakan koneksi internet dan… seketika rasa rindupun hilang. Takjub.

Aku masih ingat waktu kamu bercerita soal gadis itu. Dan aku masih ingat raut mukamu yang begitu berseri-seri. Kamu bilang padaku betapa kamu mengagumi gadis itu, gadi mandiri itu. Gadis yang memakai kacamata itu. Gadis yang memiliki wangi badan yang khas. Gadis berambut sepunggung. Gadis yang tertawanya sangat menggemaskan. Gadis yang senang megalungkan headset di lehernya. Gadis yang memiliki senyum manis. Gadis yang selalu jadi pusat perhatian semua orang. Gadis itu. Ya, gadis yang selalu membuat hari-harimu terasa lebih panjang. Dan seperti biasa yang aku lakukan adalah: menyemangatimu. Meski pada akhirnya kamu selalu di buat kecewa oleh gadis itu, tapi kamu tidak pernah nyerah dan akupun tidak pernah berhenti menyemangati kamu.

****

Siang itu, kamu mengajakku ke mall untuk membeli sesuatu. Di perjalanan kamu tidak memberitahuku apa yang ingin kamu beli dan akupun tidak bertanya. Aku hanya mengikutimu. Sesampainya di mall, kamu mengajakku masuk ke dalan toko baju dan kamu memintaku untuk mencoba beberapa potong baju. Aku masih bingung apa yang sebenarnya kamu lakukan. Aku masih mengikutimu. Dan akhirnya kamu berhenti memintaku untuk mencoba baju setelah melihat aku memakai dress warna merah menyala selutut tanpa lengan. Kamu bilang kalau baju itu sangat manis dan sangat anggun. Aku masih bingung dan aku masih mengikutimu. Akhirnya kamu mengatakannya padaku, 1 hari lagi gadis itu berulang tahun dan kamu ingin memberinya kejutan: Makan Malam. Aku terharu mendengarnya. Kamu bilang kalau badanku sama persis dengan gadis itu. Dan warna kulitkupun sama. Baju sudah kamu beli menggunakan uang tabunganmu selama satu bulan terakhir. Lalu kamu mengajakku ke supermarket untuk membeli bahan makan untuk di olah. Aku bertanya pada diriku sendiri apa kamu bisa memasak sendiri atau tidak. Dan jawabannya sudah pasti tidak. Kamu memintaku untuk mengajarimu memasak. Aku sudah menawarkan agar aku saja yang memasakkan semuanya untukmu dan untuk gadis itu. Tapi kamu menolak. Katamu, kamu ingin memberikan hasil usahamu sendiri meskipun itu akan membuatmu malu di depan gadis itu.

Sederhana. Kamu hanya memintaku mengajarimu memasak pasta dan memintaku membuatkan jus buah untukmu dan untuk gadis itu. Kamu masak 2 porsi pasta dengan saus carbonara dan 1 porsi pasta dengan saus bolognaise. Kamu bilang yang saus bolognaise itu untukku dan kamu bilang sausnya sengaja di buat beda karena aku telah membantumu untuk menyiapkan semuanya. Padahal aku tidak pernah mengharapkan apapun darimu. Tapi, terima kasih banyak untuk masakannya aromanya sangat menggoda. 

Kamu lebih tampan saat menggunakan kemeja hitam itu. Wangi. Ah, pakai parfum rupanya kamu. Aku terkikik sendiri mencium aroma tubuhmu yang belum pernah aku cium sebelumnya. Kamu khusus membeli parfum baru untuk malam yang spesial ini. Kamu menyiapkan meja untukmu dan gadis itu. Dengan hiasan mawar merah sama dengan warna dress yang kamu belikan untuk gadis itu dan juga kamu memasang dua buah lilin di atas meja. Aku heran, dari mana kamu belajar menjadi lelaki yang romantis seperti ini. Semua sudah tertata rapih di atas meja dan kamu melihat ke arahku lalu tersenyum penuh rasa bahagia. 

Ilustrasi oleh Kanin


Tiba-tiba handphone berdering. Dari gadis itu. Kamu melihat ke arahku sebelum menjawab telepon itu. Aku memberi isyarat untuk menjawab telepon dari gadis itu. Wajahmu sangat bahagia ketika menjawab telepon itu. Tapi, seketika wajahmu berubah sedih. Telepon itu kamu tutup dan kamu menjatuhkan badanmu di sofa tepat di sebelahmu. Perlahan kamu mengatakan padaku kalau gadis itu tak bisa datang karena alasan yang tak bisa ia jelaskan. Hatimu hancur. Begitu pula aku. Aku tak bisa melakukan apa-apa selain memelukmu agar kamu lebih tenang. Tapi pelukanku rupanya tak bisa menahan air matamu untuk keluar. Semakin banyak air mata yang kamu keluarkan, semakin erat pelukanku untukmu.




Bersambung...

15 comments:

  1. bagus nak ririz. berbakat juga nih. kata2nya terangkum baik meski keliatan ye ngetik di mcword karena ada ksalahan ketik otomatis. lanjutkan!

    ReplyDelete
  2. bagus, keep writing...
    cerbung ya???

    perhatikan kata-katanya aja yua... hehehe

    ReplyDelete
  3. bagus Riz, cerbung yua???

    lanjutkan, tinggal dipoles kata2nya aja nih :D

    ReplyDelete
  4. suka teh ... gue tungguin lanjutannya !!!

    ReplyDelete
  5. @saman: huahaha iya om.. ketik otomatisnya lupa di matiin jadi banyak yg ke ganti -___-" btw, makasih om!! :D
    @syifa: yoeh.. maacih teeeh :*
    @lazkar: makasiiih.. tunggu tanggal mainnya aja yaa ;)

    ReplyDelete
  6. keren cerpennya, ditambah dikit aja permainan katanya, alurmya udah bagus jadi penasaran nih lanjutannya :p

    ReplyDelete
  7. lebih tertarik dengan pasta nya aku mah :p

    ReplyDelete
  8. menyimak:) main ke blog http://ronaruangalbanna.wordpress.com juga yaa....lanjutkan!:)

    ReplyDelete
  9. Alur ceritanya udah bagus, tapi permainan katanya agak kurang.. ada beberapa kalimat pemborosan seperti ini: "Aku terkikik sendiri mencium aroma tubuhmu yang belum pernah aku cium sebelumnya" mungkin bisa diperpendek dengan bilang, "Hingga hatiku tergelitik dengan aroma khas tubuhmu" ^_^ Bikin kalimat bermakna konotasi biasanya lebih menarik :)
    Gak sabar liat cerita selanjutnya nih :)

    ReplyDelete
  10. sederhana.....tpi alurnya terlalu cepat ya...jadi kaya' cerpen dipenggal....

    ReplyDelete
  11. apa yang sebenarnya terjadi dengan gadis itu??? lanjutkan....:)

    ReplyDelete
  12. uwaah!!
    pengen baca selanjutnya, pengen...
    kata2nya bagus, berasa kayak baca novel sungguhan :)

    ReplyDelete
  13. wah,,, lanjutKan....

    ReplyDelete
  14. hm.... konfliknya belum terlalu keliatan ya? masih episode awal soalnya.

    ReplyDelete
  15. ceritanya keren.
    konfliknya belum terlalu keliatan, tapi udah bikin penasaran..

    lanjutiin ka ririz...

    ReplyDelete

Comment juga dong! payah baca doang