28 January, 2012

Berhentilah berlari. Aku sudah lelah (Bagian 5)

Baca Bagian sebelumnya

Atas semua kejutan ini aku tak lagi memikirkan alasanmu tak datang tadi malam. Aku terlalu senang untuk memikirkan hal itu

Setelah kejutan balon dan cheesecake ini, kamu membawaku entah kemana. Seperti biasa aku hanya diam dan mengikuti kemauanmu. Lucunya, di tengah perjalanan mobilmu mogok. Segera kamu mencari tumpangan karena kamu tidak ingin mengacaukan kejutan ke dua ini. Sebuah mobil berhenti melihat kamu melambaikan tangan. Untungnya pemilik mobil ini sedang tidak bersama siapapun. Kamu berbisik pada pemilik mobil itu mungkin kamu tidak ingin aku tahu kemana tujuan kita hari ini. Ah, baiklah.

Pemilik mobil ini ramah dan menyenangkan meskipun hanya 15 menit aku mengenalinya. Terima kasih telah mamberi tumpangan. Semoga kami bisa membalas kebaikanmu di lain waktu. Tak lupa pemilik mobil itu mengucapkan Selamat ulang tahun padaku. Dan…

“Semoga kalian menjadi keluarga yang bahagia ketika sudah menikah nanti!”

Hah? Apa kami tampak seperti sepasang kekasih? Terserah sajalah


Di tarik tanganku dan di bawa aku ke sebuah taman bunga. 

“ayo cepat! Mereka sudah menunggu”

“mereka? Mereka siapa?”

Tanganku terus di tarik sambil berlari dan tidak berkata apa-apa. Dan ya, kejutan ini benar-benar mengejutkanku. Di taman bunga itu sudah berbaris 10 orang anak kecil dengan 2 tangkai bunga mawar merah di tangannya. Mereka, adik-adikku di sebuah panti asuhan kecil yang sering aku kunjungi sewaktu SMA dan semenjak kuliah aku belum pernah mengunjungi mereka lagi. Seketika air mataku jatuh dan mereka menghampiriku untuk memberikan buna mawar merah itu lalu memelukku. Aku tak bisa berkata apa-apa selain “Maafkan Kakak”. Maaf karena hamper 7 bulan aku tak pernah mengunjungi kalian. Maaf karena ku nyaris melupakan keberadaan kalian. Maafkan aku adik-adikku. Maaf.

Dan sekali lagi terima kasih untuk kamu yang telah membawa mereka ke taman indah ini. Entah dari mana kamu tahu akan hal ini. Tapi aku benar-benar bersyukur telah dipertemukan dengan laki-laki urakan seperti kamu.

Setelah melepas rindu dengan adik-adikku, tanganku kembali kamu tarik untuk masuk ke sebuah pondok kecil di tengah taman bunga bersama adik-adikku tentunya. Sambil menarik tanganku kamu bilang 

“Ada kejutan terakhir untuk kamu, Mbul”

“Apa? Kejutan lagi? kejutan apa?

Semua pertanyaanku tak satupun kamu jawab. Kamu hanya tersenyum, dan tetap menggandeng tanganku yang semakin lama semakin erat. Kenapa kamu begitu senang membuat aku penasaran, tidak menjawab pertanyaanku, dan hanya tersenyum ketika aku bertanya?

Sampai di pondok. Kamu menyuruhku untuk duduk dan menutup kedua mataku. Setelah 2 menit menunggu, aku mendengar dari kejauhan ada yang menyanyikan lagu yang sering aku dengar. Ku buka dengan perlahan penutup mataku dan… lagi, aku tak bisa berkata apa-apa. Penyanyi yang biasa aku dengar suaranya lewat headset  kini ada di hadapanku, bernyanyi. Untuk beberapa saat aku hanya bisa terdiam. Mengingat kembali 2 bulan yang lalu aku gagal menonton konser kecil penyanyi ini tapi sekarang dia berdiri di depanku. Menyanyi. Untukku.

Segera aku berlari menghampirimu dan memukul pundakmu sambil menangis

“Aku marah sama kamu! Aku benci kamu!”

Kamu diam.
 
“Aku kesal!!”

“Kamu kenapa? Kenapa kamu memukulku?”

“Hari ini kamu sudah buat aku menangis 3 kali!”

Kamu hanya tersenyum dan memelukku

“Terima kasih untuk hari ini”

“Sama-sama Mbul”

*****

Euforia ini masih terasa. Ingin rasanya mengulang hari ulang tahunku yang sudah berlalu 2 minggu itu. Bila aku punya kemampuan dan punya kesempatan, aku ingin mengulang semuanya sekali lagi. Menangis lagi, terjatuh lagi, tertawa lagi, terdiam lagi, dan semua yang kurasakan hari itu. Tapi, biarkan itu jadi kenangan indah yang kamu tinggalkan untukku tahun ini.


Sedih rasanya mengetahui kalau 3 hari lagi kamu akan pergi. Aku tahu kamu hanya pergi beberapa bulan saja. Tapi setengah tahun ini terasa sangat sebentar. Aku masih butuh kamu di sini. Aku masih ingin kamu menarik tanganku tanpa alasan yang jelas. Aku masih ingin kamu mengganggu makan siangku. Aku masih ingin menghirup wangi tubuhmu. Aku masih ingin mendengar kamu memanggilku Mbul. Aku hanya ingin.


Coba saja kamu tahu apa yang membuat malam ini terasa begitu tidak nyaman untukku pergi tidur. Aku takut kamu berubah ketika kamu kembali nanti. Ya, berlebihan memang. Belum juga meninggalkan negara ini tapi aku sudah memikirkan ketika kamu kembali nanti. Ah, akan terasa sangat lama pasti. Banyak orang tidak suka bila di suruh menunggu, dan Aku termasuk di dalamnya. Menunggu itu hanya membuatku mengharapkan sesuatu yang belum pasti rimbanya. Membuatku merasa gelisah tak berujung. Membuatku sakit perut. Membuatku benci akan waktu yang berjalan begitu pelan. Tak bisakah aku melewati 8 bulan ke depan dengan beberapa detik saja? Terlalu muluk memang permintaanku ini.

Ya, aku terlalu memikirkan hal bodoh sampai aku lupa untuk tidur. Sekarang sudah subuh dan matahari mulai terlihat dari ufuk timur. Dan oh! Hari ini adalah hari keberangkatanmu. Kemudian aku bergegas mandi dan sibuk memilih baju apa yang pantas di pakai untuk perpisahanmu. Pakai baju yang biasa saja kamu bilang. Tapi aku tidak bisa membiarkan hari ini menjadi hari yang biasa. Hari ini harus menjadi hari yang luar biasa agar kamu tetap menjadi kamu yang peduli padaku. Tidak ada hubungannya? Menurutku ada.

Ada lingkaran hitam di sekitar kedua mataku dan bola mataku merah. Ah perihnya mata ini. Salahku memang kenapa tidak pergi tidur. Mungkin nanti bisa tidur sejenak di mobil.
Akhirnya aku pilih blous warna merah berlengan panjang dan sepatu flat hitam tak lupa aku memakai kalung pemberianmu 3 bulan lalu. Kalung dengan liontin kura-kura warna abu. Parfum. Apa aku perlu menggunakan barang yabg satu ini? Baiklah, ku semprotkan sedikit ke leherku.


Kulihat diriku di cermin dan aku kagum pada diriku sendiri karna aku bisa dandan semanis ini hanya untuk melepas kepergian seorang teman yang tentu saja bukan teman biasa. Tanpa sadar aku menggunakan pakaian yang warnanya sama dengan dress yang kamu belikan untuk gadis itu. Sejenak aku diam dan berpikir apakah nanti kamu akan kembali teringat akan gadis itu dan semua kejadian di malam itu? Bisa jadi iya dan bisa jadi tidak. Entahlah, mungkin aku harus mencari jawabannya saat bertemu kamu nanti.

Aku meninggalkan rumah di antar Pamanku menggunakan mobil dan segera pergi ke bandara karena 2 jam lagi pesawatmu akan terbang meninggalkanku. Begitu aku duduk di bangku depan mobil, ingin sekali aku memejamkan mata sebentar. Aku ingin tampak segar ketika bertemu kamu di bandara. 

Paman memutar CD yang berisi lagu beraliran Jazz yang membuat mataku semakin berat untuk di buka dan tak lama kemudian aku tertidur. Hanya setengah jam aku tertidur karena ternyata jalanan sepi hari ini jadi waktu yang di tempuh dari rumah ke bandara sangat singkat. Paman membangunkanku dengan perlahan tapi ketika aku membuka mata, entah kenapa kepalaku terasa begitu berat. Pusing. Ah, ayolah.. “Aku kuat… aku kuat.. kuat.. kuat” ku bisikkan itu pada diriku sendiri. Paman yang melihat ekspresi mukaku yang kurang enak itu, menyentuh keningku dan Paman bilang keningku hangat. 

“Apa yang kamu lakukan semalam?”

“Aku tidak tidur semalam”

“Sudah sarapan?”

“Aku tidak ingat untuk sarapan” ku ucapkan sambil berusaha melepaskan sabuk pengaman yang tak kunjung terbuka. Akhirnya Paman membantuku melepaskan sabuk pengaman.

“Ayo cari makanan dulu sebelum kamu berpisah”

Tak sanggup bicara lebih banyak lagi aku hanya mengangguk kecil. Di gandengnya tanganku oleh paman menuju tempat makan. Sampai di tempat makan aku di suruh menunggu sambil duduk di kursi sembari paman membelikanku makan. Handphone bergetar ada sms masuk, kamu rupanya.

“Kamu dimana mbul? Aku sudah menunggumu di depan pintu masuk. Kalau sudah sampai cepat temui aku di sini ya. Aku di pintu masuk D”

Ah, paman lama sekali membeli makanannya. Apa aku pergi tanpa paman saja? Baiklah aku pergi ke pintu masuk tanpa paman saja. Segera aku berdiri dari tempatku duduk dan mengirim sms untuk paman.

“Kalau paman mencariku, aku ada di pintu masuk D ya!”

Susah payah aku berjalan dari tempat makan ke pintu masuk D yang jaraknya lumayan jauh. Tapi akhirnya aku bisa mencapai pintu masuk itu dan kulihat kamu sedang duduk sambil makan roti coklat, ku hampiri dan untuk sesat aku hanya diam tertegun melihatmu makan. Kamu ikut diam dan memandangku

“Boleh aku minta rotinya? Aku lapar”

Tidak berkata apa-apa, kamu hanya memberikan sisa roti coklat yang kamu makan tadi dan menarikku untuk duduk di sebelahmu.

“Tanganmu hangat. Kamu tidak enak badan?”

Tak ingin kamu khawatir aku hanya senyum sambil menggelengkan kepala dan menghabiskan roti. Entah karena aku sedang lapar atau bagaimana, tapi rasa roti coklat ini begitu nikmat.

Keningku kembali di sentuh. Bukan. Bukan paman yang menyentuh keningku tapi kamu. Setelah menyentuh keningku kamu memakaikan jaket padaku dan menyodorkan air mineral

“Minum yang banyak. Jangan buat aku khawatir Mbul” katamu sambil melingkarkan tangan kirimu ke pundakku.

“Jangan terlalu khawatir” ku ucapkan di sela-sela meminum air mineral.

“Kamu ini  bodoh atau apa sih?! Badanmu hangat tapi kamu maksa datang ke sini”

Aku tak bisa menjawab apa-apa.

“Kan aku sudah bilang kalau kamu memang tidak bisa ke sini, gak perlu maksa buat datang. Kalau udah gini kan aku khawatir”

“Maaf”


Dan mungkin kamu terlalu khawatir dengan keadaanku, kamu tidak terlalu memperhatikan aku memakai baju warna apa. Atau mungkin kamu pura-pura tidak ingat. Tapi yang pasti aku hanya bisa berkata maaf dan terima kasih. Maaf karena telah membuatmu khawatir dan terima kasih karena telah memperhatikanku.

Gate sudah di buka dan kamu mengajakku ke depan gate sambil membawa koper yang sangat besar. Sebelum kamu masuk aku melepaskan jaket yang tadi kamu pakaikan padaku tapi kamu mengembalikkannya padaku dan menyruhku untuk meyimpan jaket itu. Kemarin siang aku membelikan bingkisan kecil untukmu tapi dimana barang itu? Aku merogoh tasku hingga bawah tapi tak kunjung ku temukan. Kemudian ada yang memanggilku dari kejauhan, paman rupanya. Ternyata tadi aku simpan di atas meja tempat makan dan lupa di bawa. Ah untung saja paman melihatnya. Aku berikan bingkisan itu padamu. Tak usah bertanya apa isinya, nanti kamu lihat kalau kamu sudah sampai di tempat tujuanmu. Jangan buka di pesawat. Jangan coba-coba.

Tiba-tiba kamu memelekku dengan erat. Erat sekali. Dan kamu meminta maaf entah untuk apa, kamu hanya meminta maaf dan kamu bilang kalau hari ini aku lebih manis dari biasanya dengan bajuku ini. Terima kasih. Lalu kamu dekatkan mulutmu ke telingaku dan berbisik:

“Tunggu aku 8 bulan lagi. ketika aku kembali nanti aku janji kamu adalah orang yang pertama aku temui”

“Tidak”

“hah? Kenapa tidak?”

“Bodoh! Temui orang tuamu dulu! Baru temui aku” ku ucapkan sambil menjitak kepalanya

“Ah iya. Baiklah kamu orang ke tiga yang aku temui setelah Ayah dan Ibuku”

“Baik. Aku tunggu 8 bulan lagi” sambil meyakinkan diri kalau 8 bulan itu sebentar walau kenyataannya 8 bulan itu waktu yang cukup lama.

Kembali kamu memelukku dan kali ini di sertakan kecup di pipi yang tentu saja membuat aku kaget karena ini pertama kalinya kamu mencium pipiku. Sambil melangkah masuk, kamu mengusap kepalaku gemas.

“Sampai jumpa Mbul!”

Masih kaget akibat serangan tiba-tiba kecup pipi tadi aku hanya melambaikan tangan dan tersenyum. Sampai jumpa 8 bulan lagi di tempat biasa kita bertemu.

*****



Tamat nih Riz?

umm... tamat gak ya?? huahahah follow aja deh biar tau tamat apa enggak #modus #bodoamat
 oh iya, sekalian dengerin cover-an baru aku nih :P



sekian,
salam meong :3

8 comments:

  1. Sampai jumpa lagi, kalau begitu masih ada cerita lanjutannya dong :p Kali ini panjang dan pembaca lebih bisa menikmati alur ceritanya ^_^ Pasti ada lanjutan kan? Iya kan? :p

    ReplyDelete
  2. aaaaaaarrrgghhh....kapan.tamatnya riz?
    gue penasaraaaaaaaaannn.

    ReplyDelete
  3. wah..jadi ke inget waktu di tinggal si 'itu' >.<
    yakin duech blm tamat....
    dan klo boleh, bikin konflik yg lebih pekat....jadi ga datar trus....
    nice story

    ReplyDelete
  4. riz lanjutin riz, jangan tamat, lagi seru aaaaaaaaaa .-.

    ReplyDelete
  5. APA? TAMAT? #matiincapslock

    Akhirnya kenapa jadi pisah gini ;_; Lanjutin sampe nikah kak, trus konfliknya keluarin lagi :3 #iniauthornyasiapa

    ReplyDelete
  6. basith: aaah sok tau nih basith :P

    kyong: kapan yaaaa?? hahahha :P

    kang dian: oke kang!! makasih sarannya ;)

    dini: wani piro hah??

    aulia: lah kenapa jadi nikah?? '_'

    ReplyDelete
  7. ris ada yg typo didepan.hahaa
    tamat gak nih ? >.<

    ReplyDelete
  8. jangan tamat dulu doooong, penasaran pas mereka ketemu niih :3 ihik!

    ReplyDelete

Comment juga dong! payah baca doang